Lombok & Sumbawa
LOMBOK - SUMBAWA
28 - 31 April 2017
Lombooook! Setelah lempar wacana kesana kemari berminggu-minggu, akhirnya saya memutuskan untuk ikut group trip ke tujuan wisata yang sedang hyped ini. Judulnya sih open trip, tapi ternyata pesertanya hanya beberapa orang, itu pun yang satu terbang kembali ke Jakarta di hari kedua. Jadilah 4 cewek-cewek yang seru nan kocak ini keliling Lombok dan Sumbawa in a 4D3N trip!
Persiapan
Sebenarnya untuk flight domestik pihak Lion Air sudah menyediakan layanan bagasi max. 20 kg, tapi berhubung ini adalah wisata eksplorasi yang sangat mobile, saya hanya membawa satu daypack berkapasitas 20 liter dan satu tas jinjing berkapasitas kurang lebih sama. Semuanya bisa masuk ke cabin (yay!).
Barang-barang yang dibawa dalam trip kali ini:
- Baju renang & full face snorkel mask
- Dry bag & Dicapac waterproof casing
- Banana Boat SPF 50 & L'Oreal UV Mist SPF 50
- 4 setel baju ganti & kaos kaki
- Sepasang sandal
- 1 handuk kecil
- 1 pouch berisi make-up
- 1 pouch berisi obat-obatan (jangan lupa bawa hansaplast & obat lainnya guys 'n gals)
- 1 travel mat berisi sabun, shampoo, deodorant dan sikat gigi + odol (travel-size)
Day 1 - Snorkeling Gili Nanggu
Setelah touch down di Bandara Internasional Praya, Lombok jam 8 pagi, saya dijemput oleh tour leader kami, mbak Dhea dan kami langsung ke hotel yang ternyata hanya 10 menit jauhnya dari bandara. Meskipun belum sempat sarapan, kami berenam diboyong naik Toyota Kijang rover ke tepi pantai untuk menyeberang ke Gili Nanggu. Di pantai ini ada fasilitas penyewaan alat snorkel, perahu kecil untuk island hopping ke Nanggu, warung dan kamar mandi.
Siang ini saya pertama kalinya mencoba nasi kuning ala Lombok, courtesy of Mbak Rini, salah satu peserta trip kami. Enaknyaaa, sudah ada empal, kering tempe, suwiran daging ayam, sambal khas Lombok, ada perkedelnya pula! (Thank you, Mbak Rini... :D) Snorkeling tidak boleh dalam keadaan perut kosong, kawan, karena meskipun di air, kegiatan ini cukup menuntut fisik. Air di Gili Nanggu ini benar-benar jernih hingga dasarnya terlihat jelas, tapi sayang kapal-kapal penyeberangan membuang jangkar sembarangan di terumbu karang yang dangkal. Oh ya, untuk yang tidak terlalu bisa berenang, lebih baik memakai jaket pelampung karena di daerah ini banyak bulu babi.
Kapal yang kami carter untuk menyeberang ke Gili Nanggu |
Lightingnya bagus, pantainya sepi, tunggu apa lagi? Lights, camera, action! |
Jalan-jalan di hutan sepanjang pantai untuk stretching sebelum snorkeling. Hutannya asri, sekilas mirip dengan di Kepulauan Seribu |
Saatnya perdana full-face snorkel yang khusus saya beli untuk snorkeling di Lombok. From left to right: me, mbak Rini, our guide Fajri, Yanuar dan mbak Mira |
Day 2 - Pantai Munawa & Gili Trawangan
Ini dia tujuan wisata yang saya bikin saya sangat excited - Gili Trawangan yang lagi in di kalangan turis lokal dan mancanegara. Tapi, sebelum ke Trawangan kami menyempatkan diri untuk mengunjungi dua pantai yang tidak banyak diketahui wisatawan: Tanjung Aan dan Mawun. Pasirnya putih, pantainya berbentuk laguna yang cantik dengan ombak yang cocok untuk surfing.
Dari dermaga Bangsal, kami berlima naik kapal selama sekitar 20 menit dan turun di pantai Trawangan, disambut oleh banyak orang yang menawarkan kamar penginapan, delman, sepeda dll. Meskipun sekilas suasananya terlihat mirip dengan Kuta Bali, di Gili Trawangan tidak ada kendaraan bermotor. Semua orang berjalan kaki, naik sepeda atau delman, jadi meskipun manusianya buaanyak, tidak terdengar hiruk pikuk seperti di jalanan Denpasar.
Tanjung Aan yang penuh bebatuan dan hamparan pulau-pulau yang indah - ibarat video klip Westlife... |
Kelakuan anak-anak kota di pantai sepi, ya begini... hahaha |
Dari dermaga Bangsal, kami berlima naik kapal selama sekitar 20 menit dan turun di pantai Trawangan, disambut oleh banyak orang yang menawarkan kamar penginapan, delman, sepeda dll. Meskipun sekilas suasananya terlihat mirip dengan Kuta Bali, di Gili Trawangan tidak ada kendaraan bermotor. Semua orang berjalan kaki, naik sepeda atau delman, jadi meskipun manusianya buaanyak, tidak terdengar hiruk pikuk seperti di jalanan Denpasar.
Selesai merapat, kami berjalan kaki sejauh 10 menit ke penginapan, yang ternyata letaknya lumayan jauh dari pantai. Setelah mandi dan settle in, kami pun menyusuri jalan pedesaan menuju pantai di depan Aston hotel dengan ayunan dan hammock lepas pantainya. Meskipun matahari tertutup awan, tapi langitnya saat senja berubah menjadi warna-warni, benar-benar pemandangan yang indah.
Siluet turis-turis sepanjang pantai di Aston Sunset Beach Resort - Gili Trawangan |
Padahal saya tidak bepergian di hari libur atau long weekend, tapi jumlah turis yang hilir mudik di Gili Trawangan ini banyaknya minta ampun, jauh sekali dengan suasana di Lombok (kecuali Kuta Lombok yang memang crowded all-year round). Ada yang main kuda bolak-balik pantai, ada yang bersenda gurau di kafe-kafe sepanjang pantai... dan 80% turisnya adalah orang asing. Kalau bukan hari libur pun sudah seramai ini, bagaimana lagi kalau sedang high season ya? Hmm....
Hammock lepas pantai ini sungguh fotogenik! |
Ada pepatah yang bilang: dunia ini selebar daun kelor. Meskipun saya sudah tahu kalau teman saya dan keluarganya sedang di Gili Trawangan, saat itu saya tidak yakin kalau sempat bertemu dengan doi, karena hotelnya jauh dari tempat saya menginap. Setelah menikmati indahnya sunset di depan Aston, kami mengambil jalan putar untuk pulang. Ternyata jauuuuuhnyaaaaaa jalan memutar ini hahaha, waktu saya lihat Google Map, tahu-tahu sudah di dekat Vila Ombak tempat teman saya ini menginap. Jadilah kami bertemu - mungkin memang sudah jodohnya ya - dan menikmati jajanan pasar seni di malam hari.
Si kecil capek main seharian, jadi ga photo ready deh hahaha. Thanks for the warm meetup, Agnes and Yonny! |
Day 3 - Kenawa
Mungkin banyak orang yang memilih untuk liburan berhari-hari di Gili Trawangan, tapi saya sendiri merasa sebenarnya sehari semalam di tempat ini sudah lebih dari cukup. Matahari belum terik pun kami sudah berjalan ke dermaga untuk kembali ke Lombok. Siangnya, kami diundang oleh salah satu penduduk lokal kenalan tour leader kami. "Ibu sudah menyiapkan makan siang dan kelapa," katanya. Rasanya tidak sopan kalau tidak berkunjung untuk sekedar bersilaturahmi, jadi kami pun datang dan disuguhi ketupat dengan sayur pelecing serta kelapa muda. Berkesan sekali makan siang ala penduduk asli Lombok. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke pelabuhan untuk menyeberang ke Sumbawa.
Penyeberangan dari Lombok ke Sumbawa ini sungguh spesial, bukan hanya karena pemandangannya yang indah dengan gugusan pulau-pulau kecil di sepanjang perjalanan, tapi karena ada live entertainment berupa.... yeap, you guessed it! Dangdut! Hahaha. Dua biduan cantik tampak tidak lelah menghibur para penumpang di sepanjang dua jam perjalanan menyeberangi selat.
Seperti inilah tampak kapal ferry Lombok-Sumbawa:
"We Bridge the Nation". Saat melihat tulisan ini saya ternganga.. keren sekali mottonya PT ASDP Indonesia Ferry ini! |
"We Bridge the Nation"...mungkin sekilas terdengar biasa, tapi untuk seorang penduduk negara kepulauan seperti saya ini, menjembatani pulau-pulau dan membantu pemerataan peradaban di Indonesia adalah tugas yang mulia. Kapalnya pun bagus-bagus, jauh dari bayangan saya tentang mutu transportasi di daerah (read: luar Jawa dan Bali).
Pemandangan dari dalam kapal ini siap menghibur kamu selama perjalanan Lombok-Sumbawa. Cantik, bukan? |
Sesampainya di Sumbawa, kami pun berbelanja camilan dan kebutuhan darurat di Alfamart pelabuhan Tano dan dari situ langsung menyeberang selama 10 menit ke pulau Kenawa, tujuan wisata utama kami di Sumbawa.
Pulau Kenawa ini sungguh pulau yang unik. Meskipun kecil, banyak momen menarik yang saya alami selama 24 jam di sini. Meskipun agak kecewa karena arusnya deras sehingga tidak bisa snorkeling, kekecewaan saya segera terbayar. Setelah mendirikan tenda, kami berjalan-jalan sekeliling pulau dan menikmati pemandangan indah di semua sisi, diikuti dengan api unggun dan makan malam ikan bakar yang sangat lezat.
Satu-satunya dermaga di Pulau kenawa |
Sunset view di Kenawa |
The view outside the tent is never boring! |
Maklum, orang kota, jadi bentuk api unggunnya seperti ini... hahaha |
Day 4 - Back to Mataram
Jam 5 pagi saya sudah bangun dan bersiap-siap menjajaki bukit tunggal Kenawa, satu-satunya landmark di pulau cilik ini, untuk menyambut mentari pagi. Meskipun kelihatannya kecil, bukit ini cukup sulit didaki karena banyak kerikil dan terjal. Lebih baik pakai sepatu atau alas kaki yang tidak licin ya kawan...
Ini dia bukit tunggal Kenawa yang lagi nge-hype di sosial media, dengan Gunung Rinjani di latar belakang sebelah kiri. |
Indahnya alam Sumbawa sungguh tak terperi: matahari terbit di sebelah timur, gunung Rinjani dengan kawahnya yang merona merah terkena sinar mentari di sebelah barat. My routine life feels like a million miles away...
Sunrise dari atas bukit Kenawa |
Dari atas bukit, kami melihat ada sekumpulan orang asing yang sibuk mengerjakan konstruksi. Karena penasaran, kami pun menghampiri mereka dan bertanya bangunan apa yang sedang mereka buat. Salah satu orang asing ini (maaf, saya lupa namanya hahaha) pun menjelaskan bahwa mereka adalah komunitas Earthship yang membangun rumah-rumah mandiri bertenaga surya di daerah-daerah pedalaman di seluruh penjuru dunia. Orang-orang ini tidak dibayar lho untuk membuat rumah-rumah ini, justru mereka yang mengeluarkan uang sebesar 25-30 juta per orangnya!
What a future house should be like according to Earthship community |
Siang harinya kami pun kembali menyeberang ke pelabuhan Tano dan langsung menaiki kapal ferry kembali ke Lombok (kali ini kapal ferrynya lebih bagus dari yang kemarin, memang untung-untungan yah kalau naik ferry hahaha). Karena pesawatnya berangkat jam 8 malam, kami punya sedikit waktu untuk mengunjungi desa tradisional Lombok Sade. Di pintu masuk, kamu akan dimintai uang sumbangan per kelompok. Saya sendiri menyumbang Rp 50.000,-. Di desa wisata kecil ini kita bisa melihat langsung kehidupan sehari-hari penduduk Lombok. Di sini kamu juga bisa membeli oleh-oleh seperti gelang anyam dan manik-manik, magnet dari batok kelapa dan kain songket khas Lombok.
Desa Sade layaknya perkampungan tradisional di wilayah pedalaman.. kehidupan penduduknya sederhana dan rumahnya masih dari bilik beratapkan ilalang kering. |
Salah satu wanita penduduk Sade sedang menenun |
And now it's time to head back to Praya Airport and then... home! Meskipun Lombok dan Sumbawa sangat indah, saya sangat excited untuk pulang dan memproses foto-foto yang sudah saya kumpulkan selama perjalanan, and to reunite with my family (and bed) of course!
Thank you, Lombok, Sumbawa and all the lovely people who live there. Saya pun pulang dengan membawa kenangan manis perjalanan ini. Dan buat yang sudah menyediakan waktu untuk membaca seluruh post ini, terima kasih dan jangan bosan-bosan ya membaca my next travel post :)
Info:
Travel type: Light Backpacking 4D3N
Must visit: Pantai Munawa, Gili Trawangan, Pulau Kenawa
Must eat: Ayam Taliwang, Pelecing Kangkung, Sambal Lombok
Oleh-oleh: Sambal pelecingan khas Lombok, Kerajinan batok kelapa, Songket Lombok
mb, boleh tahu contact personnya buat trip inin nggak :) thanks ya
BalasHapusSilakan hubungi Twister Holiday di instagram. Tapi sekedar info, kami perginya bukan sebagai open trip tapi lebih ke group trip. :)
Hapusmbaknya keren! jalan bareng bisa nih woohhooo
BalasHapusMba.. boleh minta contact guide nya untuk ke P. Kenawa yah?
BalasHapusNice explore banget ^^
Untuk ke P. Kenawa bisa open trip bareng Twister Holiday, tapi kalo mau lebih private silakan contact Al Fajri Putra Ntb di Facebook, bilang aja Kartika yang refer ^-^
HapusLombok kreren...
BalasHapusThe place is exotic and has amazing natural scenery...
Salam ...
Mohegan Sun Pocono Casino Hotel, Wilkes-Barre - JTA Hub
BalasHapusMohegan Sun 서산 출장마사지 Pocono Casino Hotel - Best 파주 출장안마 Price (Room Rates) Guarantee ➤ Book online INR 8 OFF! deal and discounts with 밀양 출장안마 lowest price on 광명 출장샵 Resort Booking. ì–‘ì‚° 출장샵 Rating: 3 · 13 reviews
Tolong hati2 sama guide nya al fajri putra ntb...sy pernah jadi peserta trip nya, kemudian 8bln kemudian dy intens chat sy..sampai qta berhub jauh dan memiliki anak..tp dy malah pergi bgtu saja tdk bertanggung jawab..skrg medsos nya semua di private..hati2..info dr mantan pacarnya fajri..dy punya pola..klo ada yg bisa dy deketin..pasti dy jadikan...dan sdh byk korbannya.. hati2 dg guide seperti itu. Sy gak tau mungkin ada wanita di peserta trip lain yg jadi korbannya...dan yg bisa kontak dy..suruh dy bertanggung jawab atas perbuatannya..
BalasHapus