Malaysia in a Nutshell: 3 Cities, 4 Days

Malaysia in a Nutshell

Malacca - Kuala Lumpur - Putrajaya: 3 Kota dalam 4 Hari!



Wisata ke luar negeri yang nyaman tapi murah dan over the weekend mustahil?? Ah tidak juga... Buktinya saya sekeluarga baru saja berwisata di negeri Jiran tetangga kita, Malaysia, ga pake cape dan ga pake mahal lho (jangan lupa cek total pengeluaran kami di akhir artikel!)Itin kami cocok untuk kamu yang ingin berwisata bersama anak kecil atau mungkin orang yang sudah tua, tidak banyak jalan tetapi juga masih aman buat kantong (kan harus nabung lagi untuk jalan-jalan ke negara lain, masa satu tahun cuma satu kali hiks... mana cukup memuaskan hasrat traveling!). 

Seperti biasa, artikel saya akan dimulai dengan persiapan, barang-barang apa aja sih yang perlu dibawa ke negara tetangga?
Berhubung ini hanya wisata long weekend 4 hari di bulan Mei dan cuaca cukup panas di Malaysia, saya hanya membawa:

1 backpack berisi:
- 1 dompet uang (jangan lupa siapkan MYR dalam jumlah secukupnya karena banyak restoran dan toko yang tidak melayani pembelian dengan kartu kredit) 
- dokumen perjalanan (paspor, booking, itinerary, dll.)
- earphone, charger, powerbank (HP essentials pokoknya)
- pouch kosmetik dan dompet berisi obat-obatan seperlunya

1 koper cabin-size 20 inch berisi:
- 4 setel pakaian (sekedar tips: agar lebih rapi, pakaian dapat disatukan ke dalam plastik sesuai dengan hari penggunaannya)
- 4 pasang kaos kaki
- Toiletries (karena kami menyewa apartment, jadi takut toiletriesnya tidak cukup, ternyata sangat lebih dari cukup hahaha).

Day 1 - Jonker Street, Malacca


Mungkin masih banyak yang belum pernah mendengar kota Malacca (disebut juga Malaka atau Melaka) sebagai tujuan wisata yang populer di Malaysia. Di Indonesia sendiri paket tur & travel ke Malaysia jarang yang mengikutsertakan Malaka, biasanya hanya Kuala Lumpur dan Penang. Tapi Malacca ini ternyata sangat menarik lho, dan menurut saya justru yang paling berkesan di antara semua kota di Malaysia yang kami kunjungi. 

Segera setelah mendarat di KLIA2 (Kuala Lumpur International Airport), kami lanjut ke imigrasi dan berjalan menyusuri airport melewati toko-toko dan restoran, lalu turun ke Level 1 (Transport Hub) di mana kami bisa membeli tiket bus atau kereta. Hari pertama tujuan kami adalah kota Malacca yang apik, jadi kami pun membeli tiket bus VIP seharga 24 RM (sekitar Rp 70.000, tapi ini kelas yg paling mahal) dari loket operator Starmart Express. 

Bus VIP ini sama sekali tidak mengecewakan! Meskipun berhenti agak lama di KLIA1, bus ini cukup cepat dan nyaman. Kursinya recliner, ruang kaki sangat lega dan bahkan ada outlet untuk charging HP dan fitur massage chair (meskipun tidak saya gunakan sih, kan di pesawat saja sudah cukup banyak getarannya hahaha). 

Tampak dalam bus VIP Starmart Express jurusan Airport-Malacca

Perjalanan dari Airport ke Malacca memakan waktu 2 jam. Bus kami menurunkan penumpang di Terminal Malacca Sentral dan dari sana kami memesan Grab ke Hotel Aldy Stadhuys yang terletak persis di Dutch Square, pusat aktivitas pariwisata di Malacca.

Berhubung hari sudah mulai gelap ketika kami tiba di Hotel, hal pertama yang langsung menarik perhatian adalah becak-becak yang dihias sangat meriah, baik dekorasi mau pun lampu mau pun sound systemnya! Kelihatan sekali ini didesain untuk menarik minat wisatawan, tapi keliling pusat kota Malacca dengan becak ini cukup mahal lho, karena hitungannya per jam, dan becaknya kelihatan wah justru di malam hari ketika kita tidak bisa menikmati suasana dan bangunan Malacca.

Becak "gemerlap" menyambut turis-turis di pusat kota Malacca.
Selesai check-in, waktunya berjalan-jalan di Jonker Street (hotel kami hanya sekitar 100 meter jauhnya dari Jonker), yaitu jalan yang sangat panjang dengan deretan toko-toko baju dan suvenir di kiri kanannya dan jajaran penjaja makanan Street Snacks. Jalan ini panjang sekali (saya ulangi: puanjaaaaaang) dan ramainya luar biasa di akhir pekan, jadi kalau bawa anak kecil jangan sampai terlepas ya, karena di sini tidak ada pusat informasi seperti di mall untuk anak hilang. Tapi jalan-jalan di sini tidak membingungkan, hanya ada dua jalan utama yang membentang dari ujung ke ujung. Suvenir di sini cukup murah (saya beli 3 magnet hanya 10 RM!), tapi street snack dan rumah makannya agak mahal. Kalau ingin menekan bujet makanan, di tengah-tengah Jonker street ada pertigaan, kamu bisa belok ke area food court kecil dengan makanan yang cukup murah (di kisaran 5 RM) dan rasanya juga tidak mengecewakan kok!

Jonker Walk, Chinatown di pusat kota Malacca yang penuh dengan toko-toko suvenir dan kedai makan khas Peranakan
Suasana food court murah meriah di Jonker Walk. Food court ini persis di tengah-tengah Jonker Street jadi jangan terburu-buru memasuki rumah makan kalau ingin berburu kuliner murah!
Selayaknya sebuah Chinatown, Jonker Street dipenuhi dengan berbagai tempat sembahyang dan buddhist shrines, bahkan di tengah jalan seperti ini

Di Jonker street ini banyak sekali panganan khas Jonker, tapi yang patut dicoba mungkin adalah Seafood sticks dan minuman sea coconut  seharga 2 RM saja!

Day 2 - St. Paul dan Malacca River Cruise


Jam 7 pagi matahari mulai mengintip dari balik cakrawala di kota pelabuhan Malacca dengan arsitektur kolonialnya yang apik. Setelah breakfast a la bistro di restoran hotel, kami meregangkan kaki dan berjalan-jalan di sekitar Dutch Square. Perlu dicatat, Malacca ini suasana kotanya sangat santai dan banyak toko yang baru buka di atas jam 10, apalagi saat weekend.

Dutch Square, alun-alun kota Malacca yang dikelilingi gereja, museum dan kios-kios suvenir.
Family wefie di Dutch Square, Malacca!
Porta de Santiago, gerbang masuk benteng A Famosa, satu-satunya struktur yang masih berdiri setelah diselamatkan oleh Sir Stamford Raffles dari kehancuran total oleh Kerajaan Inggris

Dari Dutch Square, kami berjalan kaki ke bukit St. Paul, lagi-lagi berisi reruntuhan gereja St. Paul (lho, seperti di Macao??). Sekedar tips, bukit ini bisa diakses dari depan (via anak tangga yang curam) atau lewat gang kecil di belakangnya yang lebih landai dan adem karena banyak pohon di sekitarnya. Pemandangan dari bukit St. Paul ini sangat indah, persis menghadap pelabuhan dan Malacca observation tower.

Pemandangan pelabuhan Malacca dengan menara observasi menjulang di kejauhan

Jam 10, matahari mulai terik. Kami pun berjalan ke arah dermaga sungai untuk ikut Malacca river cruise yang terkenal itu. Di sekitar tempat keberangkatan river cruise ada pasar suvenir dan museum kapal Flor de la Mar (berbentuk kapal lho!). Konon, Flor de la Mar adalah kapal Portugis yang dikapteni oleh Afonso de Albuquerque, jenderal Portugis yang tersohor, dan sedang mengangkut harta hasil penaklukan Malacca saat tenggelam di lepas pantai Sumatra pada tahun 1511. Kapal ini adalah salah satu kapal terbaik di jamannya dan sering digunakan oleh kerajaan Portugis untuk mengangkut barang dagangan ke India.

Replika kapal Flor de la Mar yang menaklukkan Malacca di abad ke-16

Loket karcis Malacca Cruise letaknya hanya beberapa puluh meter dari kapal Flor de la Mar. Kami memang sengaja memilih Malacca River Cruise di siang hari karena kapal yang menelusuri sungai ini cukup nyaman dan beratap, jadi bebas deh dari teriknya sinar matahari! Di sepanjang river cruise kamu akan diberitahu mengenai sejarah singkat kota Malacca dan bangunan serta jembatan-jembatan bersejarah yang kamu lewati. Tiket River Cruise ini seharga 21 RM di akhir pekan, durasinya sekitar setengah jam dan kamu akan kembali diturunkan di dekat tempat keberangkatan (jadi dari titik A ke titik B lalu kembali ke titik A). Di Malacca ada dua titik keberangkatan River Cruise, jadi pilihlah yang terdekat dengan tempat tujuan selanjutnya.

Rumah-rumah di pinggiran sungai Malacca dihiasi dengan berbagai desain mural yang indah, benar-benar bernilai budaya tinggi!

Siang hari, saking panasnya kami tidak berselera makan, malah jadinya belanja oleh-oleh di toko suvenir makanan di ujung Jonker Street. Setelah puas berbelanja, kami naik Grab lagi ke Malacca terminal, membeli nasi bungkus dan suplai air mineral di sana (2 RM saja!) dan membeli tiket bus Eksekutif Malacca-KL seharga 12 RM/orang. Nama operator busnya? Mayang Sari. Ternyata bukan hanya di Indonesia lho, di Malaysia pun ada!

Tempat menunggu bus Mayang Sari Ekspres jurusan Malacca - Kuala Lumpur. Tidak perlu khawatir, koper akan ditaruh di tempat penyimpanan khusus.

Semua bus antarkota Malacca ke Kuala Lumpur akan menurunkan penumpang di Terminal Bersepadu (TBS), terminal bus terbesar di ibukota Malaysia ini. Dari terminal ini kami naik taksi ke daerah KLCC di mana kami akan tinggal selama 3 hari di apartment Cozy White, gedung Vortex. Lokasi apartemen ini memang sangat prime, dengan view Petronas Twin Tower dari jendela ruang tengah dan kamar.

Harga apartemennya? Tidak sampai Rp 2 jt untuk apartemen 2,5 kamar selama 2 malam. Apartemen ini cukup luas, dengan 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang nonton dan makan serta dapur  (lengkap dengan kompor, microwave, alat makan dan mesin cuci) di lantai 26, jadi cukup eksklusif. Di lantai dasar ada minimart 7-Eleven tempat kami membeli segala kebutuhan untuk breakfast dan air mineral. Apartemen ini bisa ditinggali oleh 6 orang, dan kami sekeluarga (5 orang) merasa sangat nyaman tinggal di sini. Sebelum kami tiba di Apartment saya sudah menghubungi pemiliknya. Kami bertemu di depan pintu masuk dan beliau mengantar kami hingga ke kamar sambil menjelaskan tentang tata cara keluar-masuk apartment serta menyelesaikan pembayaran (untuk Apartment ini kami membayar full di muka secara tunai kepada pemiliknya langsung meskipun booking dilakukan via website booking.com). Ms. Lim, owner Cozy White, sangat ramah dan selalu memastikan kami tinggal senyaman mungkin di apartmentnya. Cozy White's very recommended!






Malam harinya kami naik Grabcar dari apartemen ke Petaling Street, Chinatown di Kuala Lumpur yang penuh dengan barang-barang fashion aspal (alias KW). Di sini kamu harus pintar menawar harga, karena para penjualnya membuka harga gila-gilaan (baru dengar harga pertama saja sudah pingin kabur rasanya!). Saran saya, kecuali jika ingin berburu barang KW dan makanan non-halal, Petaling Street tidak perlu dikunjungi karena tidak banyak hal yang menarik di sana. Saat senja, kami makan di food court yang menyajikan berbagai menu khas Pecinan (termasuk Ba Kut Teh yang lezat dan murah!). Tidak jauh dari Petaling Street adalah Central Market, pusat oleh-oleh dan kerajinan tangan di Kuala Lumpur. Central Market ini cukup sepi pengunjung, padahal tempatnya nyaman di dalam gedung ber-AC dan harga oleh-olehnya pun murah. 

Ramainya kegiatan berdagang di Petaling Street, Kuala Lumpur
Central Market, Kuala Lumpur. Jika ingin lebih nyaman berbelanja, masuklah ke gedung pertokoan di sebelah kiri. Di dalamnya ada banyak toko-toko kerajinan dan suvenir dengan harga yang murah.

Bagian dalam gedung Central Market, surprisingly, sangat nyaman, padahal harga-harga barangnya cukup murah

Malamnya, kami kembali ke hotel dengan berjalan kaki (kalau tidak mau lelah, silakan naik Grabcar atau numpang bus gratis GoKL) untuk beristirahat. 

Tidur dengan jendela terbuka untuk mendapatkan view Twin Tower dan kota Kuala Lumpur yang luar biasa

Day 3: Batu Caves, Titiwangsa dan Petronas


Jam 9 pagi (enaknya kalau urus itinerary sendiri, lebih santai!) kami bertolak ke Batu Caves naik Grabcar. Batu Caves adalah kompleks kuil Hindu yang terletak di luar kota Kuala Lumpur (dekat K. Selangor). Tidak ada tarif masuk untuk memasuki gua-gua di atas bukit dan berfoto ria, tetapi kalau kamu mengenakan rok/celana pendek kamu akan diminta membayar 5 RM untuk kain panjang (sama seperti kalau sedang berkunjung ke kuil-kuil di Bali atau Borobudur). Hati-hati, tangganya cukup curam dan tidak banyak turis yang megap-megap kehabisan napas haha. Apalagi kalau musim hujan, jadi agak licin. Di sini banyak monyet dan burung merpati, tapi tenang saja mereka tidak ganas kok, tidak ringan tangan juga seperti di Ubud!

Patung emas Murugan, yang juga merupakan namesake saya (disebut juga sebagai Kartikka atau Kartikkeya). Murugan dipuja oleh umat Hindu sebagai dewa perang dan kemenangan.

Ini lho bagian dalam Batu Caves yang sangat indah. Di tengah-tengahnya terdapat inner temple di mana umat Hindu bersembahyang dengan khidmat.

Fiuh, naik turun tangga Batu Caves ini lumayan juga lho! Tapi tenang, di dekat pintu keluar ada warung yang menjual es kelapa dan es krim. Total waktu yang kami habiskan di Batu Caves ini hanya sekitar satu jam. Kami kembali ke Kuala Lumpur via Grabcar (yap, lagi-lagi naik Grab! Cape lah kalau ke mana-mana harus naik kendaraan umum hahaha), tepatnya ke Dataran (lapangan) Merdeka.

Dataran Merdeka persis berseberangan dengan bangunan Sultan Abdul Samad, bangunan bergaya Turki bekas kediaman Sultan Selangor yang sekarang menjadi kantor Kementerian Penerangan Malaysia. 

Bangunan Sultan Abdul Samad dahulu didirikan sebagai kantor administrasi pemerintah kolonial Inggris di Malaysia pada awal abad ke-19.

Gazebo yang menghadap Lapangan Merdeka, tempat berteduh dari panasnya mentari negeri Jiran.

Tanda I Love KL di samping Dataran Merdeka dekat Perpustakaan Kota Kuala Lumpur adalah tempat favorit para turis asing

Di bagian samping Dataran M adalah tanda besar I Love KL yang dijadikan photo spot para turis. Di sini juga ada pintu masuk ke gedung Merdeka Square yang merupakan loket pembelian tiket Hop on Hop Off. Hop On Hop Off Bus Tour adalah tur double-decker (bus tingkat) khusus untuk wisatawan yang melewati tempat-tempat wisata utama di KL, total ada 23 perhentian termasuk Medan mara, Danau Titi Wangsa, Petronas, Bukit Bintang, KL Bird Park dan Istana Negara (National Palace). Bus akan berhenti selama 5 menit di setiap bus stop. Kalau kamu ketinggalan, bisa tunggu bus berikutnya selama 15-20 menit tergantung kondisi kemacetan. Harga tiketnya adalah 45 RM / orang. Jika kamu berniat berkeliling seluruh KL dalam waktu singkat, kamu bisa membeli tiket dan menunggu di bus stop khusus Hop on Hop Off (ditandai dengan papan berwarna ungu di pinggir jalan). Rutenya hanya satu arah dan beroperasi hanya sampai jam 8 malam. Kami membeli tiket dan menaiki bus ke Medan Mara untuk makan siang dan Danau Titiwangsa yang indah (tapi kok sepi ya??).

Makan siang di cafe sepanjang jalan Mara, pusat perbelanjaan brand-brand kenamaan di tengah kota Kuala Lumpur
Taman kota Titiwangsa seluas 95 hektar ini sangat cocok untuk olahraga pagi dan piknik, tapi karena cuaca sangat panas kami tidak berlama-lama di sini.

Dari Lake Titiwangsa kami melanjutkan perjalanan ke Petronas, tempat perhentian terakhir rute bus Hop on Hop Off. Dulu saya berpikir kalau Petronas itu hanya gedung biasa, tidak tampak mengesankan. Tapi ternyata berbeda kalau melihat dengan mata kepala sendiri! Arsitekturnya yang bergerigi dan bahannya yang metalik membuat gedung ini sangat menonjol sebagai urban landmark. Jadilah di sini kami puas berfoto ria, sambil ditawari pedagang fisheye lens yang mahalnya keterlaluan hahaha. 

The Twin Tower of Petronas, menara kembar yang sekarang tertinggi di dunia.

Salah satu anggota keluarga kami ingin sekali naik ke atas jembatan Petronas, tapi sayangnya sedang tutup saat itu karena hari Senin (ternyata jembatan itu tutup setiap Senin). Di dasar twin tower adalah mall Suria KL dengan deretan butik-butik mewah seperti Fendi, Gucci, Salvatore Ferragamo dll. Di sini juga ada Aquaria, semacam Sea World, tapi kami tidak memilih ke sana karena masih mau lanjut berbelanja ke Bukit Bintang sampai malam. 

Dari Petronas sebenarnya kami bisa melanjutkan perjalanan Hop on Hop Off ke Bukit Bintang, tapi karena badan sudah gerah dan ibu-ibu juga sudah capek kami pun berjalan sejauh 300 meter kembali ke Apartemen untuk mandi, ganti baju dan lanjut ke Bukit Bintang, tempat belanja yang juga ngetop di Kuala Lumpur, suasananya seperti Times Square katanya.

Persimpangan Bukit Bintang yang selalu ramai

Yang namanya berwisata tanpa guide di negeri asing, kadang-kadang bisa tersasar ya meskipun sudah research terlebih dahulu. Karena start dari apartemen cukup malam untuk menghindari jam-jam macet, hop on hop off bus sudah tidak beroperasi dan kami pun menaiki bus GoKL dalam kota yang gratis. Alangkah kagetnya kami waktu disuruh turun di depan Petronas! Alamak, harusnya kalau berjalan kaki ke Bukit Bintang hanya 15 menit, ini malah diturunkan di Petronas yang dua kali lipat jauhnya! Akhirnya kami pun memesan Grabcar ke Bukit Bintang dan berpencar di sana (karena faktor waktu juga, kalau saling tunggu-tungguan malah jadi tidak belanja). Saya, adik dan mama jalan kaki berkeliling sambil cari makan (apa aja deh yang keliatan layak, soalnya udah lapaaar...) saya pun secara tak sengaja melihat foto-foto makanan di atas eskalator kecil yang turun ke basement. Ternyata itu adalah foodcourt yang bagus, nyaman dan banyak sekali makanan enak di situ! Gapapa deh kesasar, kalau pamrihnya makanan enak hahaha. Kata adik saya, "Tika, ternyata ini food court Lot 10 Hutong yang terkenal!" Wah! Jackpot dong! Menu-menunya sangat menarik dan tidak biasa, mulai dari locupan hingga ayam masak red wine serta menu Pecinan, Peranakan dan Melayu lainnya. Kisaran harganya adalah 10 hingga 20 RM saja!

Hock Chew Red Vinasse Pork with Rice and Soup, 13 RM saja di Lot 10 Hutong Eatery

Di Bukit Bintang ada berbagai mall yang disesuaikan dengan target konsumen: menengah ke bawah, menengah ke atas hingga kelas atas. Berjaya Times Square adalah mall yang terbesar dengan indoor theme park sendiri (semacam Trans Studio). Lot 10 adalah mall berisi toko-toko high street seperti Zara, H&M dan department store Jepang Isetan. Pavilion lebih mewah, isinya brand-brand seperti Fendi, Furla, Gucci dan Prada. Mall yang paling mewah di sini adalah Starhill Gallery dengan butik sekelas Christian Dior dan Valentino. Di Sungai Wang Plaza (seberang Berjaya Times Square) ada Giant hypermart. Di sini kamu bisa berbelanja snack untuk oleh-oleh dan keperluan breakfast di apartment dengan harga yang sangat terjangkau!

Kombinasi Billboard 3 dimensi Berjaya Times Square dan Monorail menciptakan panorama yang futuristik!

Buat saya Bukit Bintang adalah tempat yang sangat menarik, perpaduan antara arsitektur yang futuristik dengan seniman/pesulap jalanan dan kafe-kafe pinggir jalan yang terlihat sangat mengundang. Pada waktu kami berkunjung ke sini, ada seniman jalanan asing yang sedang asyik bermain api, dikerubuti oleh banyak pengunjung yang cepat-cepat merekam video dengan hp mereka. Meskipun ramai, Bukit Bintang tidak terasa sibuk. Pengunjungnya berasal dari berbagai latar belakang ekonomi dan budaya: ada pasangan kulit putih yang baru saja selesai dinner date dengan cepatnya menyeberang jalan sebelum lampu berubah hijau lagi, ada segerombolan turis Cina yang menenteng belanjaan butik, lalu sekelompok anak muda yang nongkrong di Times Square sambil foto-foto. Tempat ini benar-benar animated dan menarik!

Sayangnya banyak toko di bukit bintang yang sudah tutup jam 10-an (termasuk Lot 10 Hutong food courtnya), jadi jam setengah sebelas kami pun kembali ke apartment untuk packing koper dan beristirahat.

Day 4 - Putrajaya

Huaaa, tidak terasa sudah hari terakhir kami di Malaysia! Padahal rasanya masih banyak sudut menarik di Federal Territories yang belum terjamah. Pagi ini kami breakfast santai dan beres-beres (biar pemilik Apartment juga senang ^-^) lalu meninggalkan kunci kamar di meja makan dan beranjak via Grabcar ke Terminal Putrajaya. Perjalanannya sekitar 20 menit di jam kerja lewat jalan tol. Di terminal Putrajaya, kami membeli tiket Putrajaya Sightseeing Tour di lantai dua (naik eskalator satu kali saja dan jalan lurus ke dekat loket tiket kereta api Putrajaya-KLIA, nah agen tur Putrajaya ada di seberang gate masuk ke peron kereta api). Harga tiketnya 50 RM/orang. Awalnya kami sempat kaget, karena perkiraan kami harganya hanya 20 RM. Apa operatornya berbeda ya? Tapi ternyata sama. Memang harga tiket lebih mahal di tahun 2017 ini karena fasilitasnya pun lebih baik. Sekarang di setiap bus ada satu tour guide khusus yang akan menjelaskan semua tempat-tempat wisata di Putrajaya. Kalau dulu, hanya bus driver yang membawa peserta tur keliling-keliling. Tur ini hanya berangkat 3 jam sekali dan durasinya sekitar 2,5 jam, jadi pastikan ada tenggang waktu yang cukup untuk ke airport. Kami sekeluarga ikut tur yang jam 11 siang.

Hanya ada satu bus Putrajaya Sightseeing Tour di terminal Putrajaya, jadi kamu tidak mungkin salah naik bus! Jangan lupa beli tiketnya dulu di Lantai 2.

Guidenya fasih berbahaya Melayu dan Inggris dan saat itu di bus kami hanya ada 8 orang: kami sekeluarga berlima, satu turis solo dari Indonesia dan sepasang suami-istri dari Iran. Suasana Putrajaya tour ini sangat santai dan kami dimanjakan dengan berbagai arsitektur bangunan di Putrajaya yang sangat bagus! Putrajaya adalah pusat operasional pemerintahan Malaysia yang baru dibangun pada awal abad ke-21, jadi semua bangunannya adalah kantor pemerintah dan tidak banyak yang bisa dimasuki oleh turis, tapi tata kotanya sangat apik dan kami bahkan sempat mengunjungi halaman depan kediaman Perdana Menteri Malaysia. Kota ini terdiri dari 20 precinct (kecamatan) seluas total 32 km persegi dengan lebih dari sepertiganya dialokasikan sebagai ruang hijau.

Perhentian pertama kali adalah Jembatan Seri Wawasan yang sangat artistik dan futuristik

Persis jam 12 siang bus kami berhenti selama 40 menit di Masjid Putra yang terletak berdekatan dengan Perdana Putra (kantor Perdana Menteri Malaysia) dan Danau Putrajaya (lengkap dengan lakeview dan food court di basement). Kami diberi waktu untuk makan siang, tapi rasanya tidak cukup kalau ingin melihat-lihat bagian dalam masjid Putra yang indah dan berfoto di depan kantor Perdana Menteri, karena jaraknya tidak terlalu dekat.

Masjid Putra yang menghadap danau Putrajaya di pusat kota Putrajaya planned city, Malaysia

Perdana Putra, kantor Perdana Menteri Malaysia sekaligus National Security Division

Jangan lupa untuk menilik kantin di basement Lakeview. Ada berbagai snack, minuman dan ice cream yang lezat. Tapi karena ini tempat wisata populer, harganya pun agak mahal. Satu cup ice cream durian kecil dihargai Rp 20.000!

Dari sini, kami beranjak ke tempat kediaman Perdana Menteri yaitu Seri Perdana. Di sini lokasinya lebih high-security lagi dan tidak disertakan dalam pamflet Putrajaya Sightseeing Tour. Kami hanya diberi waktu 5 menit dan hanya boleh berfoto di depan gerbang masuk rumah Perdana Menteri.

Berfoto sambil dipelototi petugas-petugas keamanan, tapi kapan lagi bisa mengunjungi kediaman Perdana Menteri!

Tur pun dilanjutkan ke Agricultural Heritage Park, di mana kami dibawa berkeliling naik golf caddy melihat pohon buah-buahan khas Malaysia (yang buat kami tidak ada bedanya dengan Indonesia hahaha) dan mencicipi jajanan yang diolah dari buah-buahan di dekat pintu keluar. Ada buah durian juga lho, warnanya sangat oranye dan kelihatannya enak. Sayang, kami tidak bisa bawa durian di kabin pesawat... Di tempat jajan ini saya membeli jemput-jemput pisang (gorengan yang terbuat dari campuran ubi dan pisang), murah meriah!

Dari Agricultural Heritage Park, kami kembali menaiki bus menelusuri jalan protokol dengan gedung-gedung kementerian Malaysia di kedua sisinya. Setiap gedung kementerian memiliki arsitektur yang khas, mulai dari Kementerian Imigrasi, Kementerian Wanita Keluarga dan Pembangunan Masyarakat, Kementerian Perumahan dan Pemerintahan Daerah serta Kementerian Informasi, Komunikasi dan Budaya. Spot terakhir Putrajaya tour adalah Putrajaya International Convention Centre (PICC) dan jembatan Seri Gemilang yang indah.

Pemandangan kota Putrajaya dari atas International Convention Center, salah satu bangunan konvensi terbesar di Asia Tenggara
Jembatan Seri Gemilang. Sesuai dengan namanya, jembatan ini dihiasi dengan ukiran yang rumit ala Baroque, karena fungsi utamanya adalah seremonial alias upacara penyambutan delegasi internasional

Total ada 13 tourist spot yang kami kunjungi selama 2,5 jam. Bus pun mengantar kami kembali ke terminal Putrajaya. Akhirnyaaa, kami bisa makan siang di self-service restaurant (semacam warteg sebenarnya, karena makanannya murah sekali hahaha) lantai 2, lalu membeli tiket kereta ke KLIA seharga hampir 10 RM. Kereta ini nyaman dan cepat sekali, hanya sekitar 15 menit sudah sampai di Airport.

Berakhirlah acara jalan-jalan kami di Malaysia: 4 hari, 3 kota! Kami masih punya banyak waktu sebelum flight jam 8 malam, tapi berhubung sudah cukup lelah kami hanya menunggu di airport sampai jam makan malam. Jam 10 malam kami sudah kembali di tanah air dengan sejuta kenangan dari negeri Jiran!

Kesimpulannya, Malaysia ternyata jauh lebih menarik dari dugaan awal saya! Saya sering dengar orang lain bilang, "Malaysia ga ada apa-apanya, masih bagusan Indonesia lah! KL juga 11-12 sama Jakarta!" tapi setelah saya merasakan sendiri berkeliling tiga kota di Malaysia, ternyata memang jauh berbeda dari Indonesia! Orang-orang Malaysia kadang berbicara banyak bahasa, kadang hanya fasih Melayu, kadang hanya bisa bahasa Inggris dan Mandarin, jadi kami pun ditantang untuk berkomunikasi dengan berbagai bahasa (yang tadinya saya pikir hanya perlu berbahasa Inggris). Penduduknya ramah-ramah, tidak ada tuh yang seperti diwanti-wanti di Indonesia: "Hati-hati loh! Orang Malaysia itu ga suka dengan orang Indon!" sejauh yang kami alami, semua penduduk Malaysia ramah dan justru tertarik dengan Indonesia karena banyak kesamaan mulai dari segi bahasa, makanan hingga budaya. Saya juga cukup banyak belajar perbedaan bahasa Melayu dengan Indonesia - ternyata di Malaysia mobil itu disebut kereta. Mereka juga tidak mengerti kata "gratis", di sana disebutnya "percuma". Overall, pengalaman wisata di negeri Jiran sungguh berkesan. So guys and gals, jangan takut atau ragu ya berkunjung ke negara tetangga ini!

Tips Berwisata di Negeri Jiran


  • Malaysia adalah negeri dengan banyak bahasa tapi tidak semua penduduk fasih ketiga bahasa tersebut. Paling aman adalah bahasa Inggris. Kalau menggunakan bahasa Indonesia harus pelan dan campur dengan Inggris, karena ada istilah-istilah tertentu yang artinya beda total. 
  • Banyak restoran, toko dan loket di Malaysia yang tidak menerima pembayaran kartu kredit, jadi siapkan Ringgit secukupnya.
  • Semua toilet umum di Malaysia berbayar, mulai dari 20 sen di terminal hingga 1,5 RM di mall mewah seperti Suria Petronas. 
  • Air keran di Malaysia tidak potable, terutama di daerah padat seperti KLCC. Kalau ingin memasak atau menyeduh, gunakan air botolan. harganya sekitar 3-4 RM untuk botol ukuran 1.5 l.
  • Di Kuala Lumpur, bus dalam kota berlogo GoKL gratis tetapi hampir selalu ramai dan rutenya lebih panjang daripada bus wisata.
  • Jangan menyeberang sembarangan ya di Kuala Lumpur, karena ada lampu lalu lintas khusus pejalan kaki.
  • Taksi jauh lebih mahal daripada Grab dan Uber, bisa 2-3 kali lipatnya, jadi gunakanlah kedua operator ini untuk menekan biaya transportasi.
  • Last but not least important, kenakan sepatu yang nyaman dan jangan lupa minum air 3 liter sehari ya, supaya tidak dehidrasi/sakit.


Biaya yang Dikeluarkan


Ini mungkin bagian yang paling ditunggu-tunggu. Berapa sih total biaya yang kami keluarkan per orangnya untuk wisata jalan-jalan di 3 kota dengan menginap di hotel/apartment dan ke mana-mana naik mobil?

Rincian biaya / orang:

Tiket pesawat pp JKT - KL: Rp. 600.000 (Air Asia + Malindo)
Hotel Malacca: Rp. 250.000 untuk 1 malam, breakfast included.
Apartment KL: Rp. 380.000 untuk 2 malam, no breakfast
Grabcar & Taksi: Rp. 210.000 (10 kali, dengan kapasitas 6 orang/mobil)
Makan & Minum: Rp. 300.000 (saya pribadi tidak sampai 300ribu, ini hanya estimasi)
River Cruise: Rp 65.000
Putrajaya Tour: Rp. 150.000
Hop on Hop Off: Rp. 140.000
Kereta ke Airport: Rp. 30.000
Bus pp KL-Malacca: Rp. Rp 110.000

Total: Rp. 2.235.000 tanpa jajan, belanja pribadi & oleh-oleh, itu sudah 4 hari 3 malam, menjajaki 3 kota dan menginap di hotel dan apartment yang sangat nyaman, dan river cruise, tur keliling KL naik double decker dan tur seluruh Putrajaya, lho! Bandingkan dengan tarif travel agent yang rata-rata seharga 3 jutaan untuk 3 hari 2 malam, belum termasuk tip dan PPN, itu pun biasanya tidak ke Malacca dan Putrajaya, hanya di Kuala Lumpur atau Penang.

Nah, semoga artikel ini cukup membantu buat kamu yang ingin berjalan-jalan ke Malaysia tanpa harus ikut itinerary dan aturan tur & travel agent. Have fun and see you in my next blog post!


























2 komentar:

  1. Salam sejahtera!
    Nama saya Dewi Rumapea, saya berasal dari kota SEMARANG, Indonesia. Saya ingin menggunakan medium ini untuk memaklumkan semua dalam kumpulan ini mencari pinjaman yang sangat berhati-hati kerana ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu, saya secara kewangan turun dan saya memutuskan untuk mendapatkan pinjaman dari Man di Malaysia dan saya tertipu oleh pemberi pinjaman palsu di Malaysia. Saya hampir kehilangan harapan sehingga seorang kawan saya merujuk saya kepada pemberi pinjaman yang sangat dipercayai dan tulen yang dipanggil Puan Glory, seorang pemberi pinjaman swasta yang meminjamkan saya pinjaman sebanyak Rp500,000,000 tanpa tekanan, pada kadar faedah 2% yang merupakan kadar yang berpatutan untuk saya.

    Selepas memindahkan kredit saya ke akaun bank saya, saya sangat terkejut apabila saya menyemak baki akaun bank saya dan mendapati bahawa jumlah saya memohon, telah dipindahkan terus ke akaun saya, oleh Ibu Glory, tanpa berlengah-lengah. Jadi saya berjanji kepada ibu Glory bahawa saya akan berkongsi berita baik agar orang ramai mendapat pinjaman mudah tanpa tekanan. Jadi, jika anda memerlukan sebarang pinjaman, sila hubungi Puan Glory melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

    Saya menggunakan masa ini untuk memaklumkan kepada anda semua bahawa anda boleh menghubungi saya melalui e-mel saya: dewiputeri9@gmail.com atau anda boleh menghubungi Nur Izzatul Azira Ismail, dari Malaysia yang memperkenalkan saya dan memberitahu saya mengenai Puan Glory, Dia juga mendapat pinjaman dari Puan Glory, Anda juga boleh menghubunginya melalui e-mel: utariwirmayaty@gmail.com Kini, semua yang saya lakukan adalah cuba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya yang saya hantar terus ke akaun bulanan.

    Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT kerana menggunakan Ibu Glory untuk mengubah kisah kewangan saya dan kini saya seorang pemilik perniagaan saya yang bangga, semoga Allah terus memberkati Ibu Glory dan terus menggunakannya untuk membantu kita semua dalam kesulitan kewangan

    BalasHapus
  2. Are you a business man or woman? Do you need funds to start up your own business? Do you need loan to settle your debt or pay off your bills or start a nice business? Do you need funds to finance your project? We Offers guaranteed loan services of any amount and to any part of the world for (Individuals, Companies, Realtor and Corporate Bodies) at our superb interest rate of 3%. For application and more information send replies to the following E-mail address: standardonlineinvestment@gmail.com
    Thanks and look forward to your prompt reply.
    Regards,
    Muqse

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.