Himalayan Nepal - Annapurna Circuit Poon Hill Trek
Siapa yang tidak tahu pegunungan Himalaya dan puncaknya Everest yang
tersohor itu? Sejak kecil saya sendiri selalu bermimpi bertualang ke
tempat-tempat nan indah, salah satunya pegunungan Himalaya dengan salju
abadinya. Namun apa daya, dengan waktu dan sumber daya yang serba terbatas,
Everest base camp trek belum bisa saya jajaki. Akhirnya dengan bantuan teman
saya Madhav Adhikari dari Mount Face Nepal Treks & Expedition Pvt. Ltd.
saya dan adik pun memutuskan untuk menelusuri jalur menuju ke base camp salah
satu gunung paling tersohor di Himalayan Nepal yang juga dikenal sebagai “The
Death Mountain”, Annapurna. Treknya yang paling singkat, yaitu Poon Hill, dapat
diselesaikan dalam 3-4 hari saja, cocok untuk orang-orang yang tidak bisa cuti
lama-lama. Bagi yang pertama kali melakukan trekking di Nepal sebaiknya
menggunakan jasa tour operator, karena orang lokal akan sangat bermanfaat.
Guide kami tidak hanya memastikan keselamatan kami saat trekking, tapi juga
menemani kami berjalan2 keliling Kathmandu, menerjemahkan serta membantu
menawar harga taksi/barang.
Tentang Annapurna dan Circuitnya
Mungkin nama ini masih terasa asing di telinga beberapa pembaca. Annapurna
sendiri sebenarnya adalah suatu wilayah pegunungan (massif) di bagian utara
Nepal dengan puncak Annapurna I Main sebagai titik tertingginya. Gunung ini
adalah gunung tertinggi kesepuluh di dunia. Annapurna Massif adalah bagian dari
wilayah hutan lindung Annapurna Conservation Area. Meskipun bukan puncak
tertinggi di Himalaya, Annapurna I memiliki tingkat kematian tertinggi dari
semua gunung 8000 m+. 34% dari semua petualang yang berupaya mencapai puncaknya
meninggal di gunung ini.
Puncak Annapurna yang mematikan |
Berbeda dari Everest yang base townnya hanya bisa dijangkau via pesawat
terbang ke Lukla, wilayah Annapurna bisa dijangkau via jalur darat dari
Kathmandu ke Pokhara, kota terbesar kedua di Nepal. Titik start semua jalur ke
Annapurna Base Camp dapat dijangkau sekitar 2 jam dari Pokhara. Jalur-jalur
trekking yang mengelilingi gunung Annapurna inilah yang disebut Annapurna Circuit. Ciri Khas Annapurna Circuit
adalah pemandangan hutan Rhododendron yang memenuhi Annapurna Conservation
Area, berbeda dari Everest Trek yang pemandangannya didominasi oleh bebatuan
dan lereng bersalju.
Persiapan
Karena waktu akan banyak dihabiskan mendaki gunung, usahakan mengepak
pakaian dan kebutuhan dasar seefisien mungkin. Karena sudah ada jasa porter,
alih-alih memakai backpack carrier besar saya membawa satu ransel ukuran sedang
(Osprey Hikelite 26 liter) dan satu koper ukuran kabin. Koper ini akan
dititipkan di hotel di Pokhara pada saat mendaki, dan semua isinya dipindahkan
ke duffel bag yang akan dibawa oleh porter. Saya sendiri mengenakan ransel
untuk menyimpan barang2 penting seperti paspor dan uang, medkit serta botol air
dan jas hujan/payung.
Barang-barang yang saya siapkan untuk perjalanan 7 hari 7 malam di Nepal
dirinci sebagai berikut. Daftar pakaian saya bagi menjadi dua, yang
non-trekking bisa dititipkan di dalam koper karena tidak diperlukan saat
trekking.
Essentials:
-
Paspor, Itinerary, Booking pesawat, dll.
-
Uang tunai dollar AS untuk ditukarkan ke Rupee Nepal
-
4 pas foto ukuran visa dan $25 untuk Visa on Arrival
-
Barang2 kebersihan pribadi
-
Duffel Bag sebagai ganti koper saat trekking
Pakaian (non trekking):
-
1 setel baju tidur ringan
-
1 down jacket
-
3 kaos/atasan ringan
-
2 pasang legging
-
Underwear untuk 3-4 hari
Pakaian trekking:
-
3-4 kaos/baselayer (dry fit, jangan katun)
-
1 shell jacket (jangan down jacket, karena tidak tahan
air)
-
2 setel long john/thermals
-
2 celana trekking/legging dryfit
-
Sepatu trail running (tidak perlu boots untuk poon hill)
-
4 pasang kaos kaki nylon/sintetis untuk trekking dan 1-2
pasang kaos kaki wool untuk tidur
-
Jas hujan
-
1 setel baju tidur hangat
-
Topi (beanie/balaclava)
-
Masker polusi (bagian awal treknya sangat berdebu)
-
Sarung tangan gore-tex
-
Headlamp (karena naik ke Poon Hill-nya sebelum matahari
terbit)
-
Sandal jepit ringan
Perlengkapan Trekking:
-
Payung kecil
-
Botol air (yang ada filternya lebih bagus)
-
Wet wipes
-
Zip Lock & Kantung plastik untuk sampah
-
Sepasang Trekking pole (harus dicheck in ke bagasi saat
pulang ke Indonesia)
-
Med Kit (band aid, gunting kuku, peniti, betadine, insto
& ibuprofen/paracetamol, tolak angin, perban, tisu basah dan tisu kering,
compeed jika takut kakinya lecet)
-
Sleeping bag hampir tidak perlu di musim semi, tapi jika
berangkat di musim gugur/dingin, jangan lupa siapkan yang tiga lapis atau all
season sleeping bag.
-
Kamera, tentunya.
Karena akan banyak berpindah-pindah tempat menginap, sebaiknya pisahkan
pakaian ke dalam kantong-kantong plastik berdasarkan hari pemakaian. Ini akan
lebih mudah dibandingkan harus bongkar seisi koper.
Usahakan semua pakaian dan kebutuhan trekking muat dalam 2 wadah cabin-size agar tidak perlu check-in bagasi |
Day 1 – Tiba di Kathmandu
Kali ini saya dan adik pergi ke Kathmandu dengan menggunakan Malindo Air
(transit satu kali di Kuala Lumpur selama 2,5 jam) kelas bisnis. Kenapa bisnis?
Karena saat saya membeli tiketnya di bulan Desember, harga kelas bisnis promo
dan ekonomi Malindo Air tidak terlalu jauh. Jadilah kami terbang di kelas
bisnis untuk pertama kalinya, yay!
Kalau business class tidak ada plastik-plastikan, full keramik dan stainless steel utensils! Makanannya pun lebih lengkap. |
Berhubung flight saya di pagi hari, kami baru tiba di Tribuvhan
International Airport Kathmandu pukul 9 malam tanggal 1 April 2018. Setibanya
di hall imigrasi, isi kartu kedatangan dan silakan gunakan deretan mesin di
sebelah kiri untuk mengisi biodata, men-scan paspor dan menerima bon pembayaran
Visa on Arrival. Jangan khawatir, ada petugas imigrasi Nepal yang siap
membantu. Setelah kertas dikeluarkan oleh mesin, siapkan 2 pas foto ukuran visa
dan uang $25 untuk visa hingga 15 hari (jika lebih dari 15 hari harganya lebih
mahal), lalu antri ke loket pembayaran di ujung ruangan. Anda akan diberi tanda
bukti pembayaran yang kemudian harus ditunjukkan kepada petugas di loket
imigrasi.
Visa on Arrival Nepal untuk 15 Hari seharga US$25 |
Setelah keluar dari balai kedatangan, kami disambut oleh sederet
orang-orang Nepal yang memegang kertas bertuliskan nama tamu yang harus mereka
jemput. Untungnya meskipun sudah larut dan lelah, saya berhasil melihat nama
saya dan adik. Kami pun langsung menaiki taksi menuju hotel Nepalaya yang
terletak di Thamel, pusat turis backpacker di Kathmandu.
Day 2 – Perjalanan ke Pokhara
Kami bangun jam 5 pagi dan bersiap-siap untuk perjalanan via bus
(dioperasikan oleh travel agency bernama Explore Pokhara) ke Kathmandu jam
7.30. Karena tidak sempat breakfast di hotel, kami membeli roti dari salah satu
pedagang keliling yang berkeliaran di dekat bus. Guide kami, Ganesh, yang
membayar roti-roti ini karena kami belum sempat menukarkan uang dolar ke
Nepalese rupee (terima kasih yaaa Ganesh hehe).
Perjalanan ke Pokhara lebih lama dari dugaan kami, karena kondisi jalanan
di Nepal sangat buruk (Nepal masih dalam proses pemulihan pasca gempa bumi
tahun 2015, jadi banyak proyek konstruksi dan jalanannya rusak parah).
Perjalanan yang katanya 5-6 jam jadi lebih dari 8 jam. Bus berhenti 3 kali agar
penumpang bisa ke toilet dan sekali untuk makan siang di perhentian bus.
Sayangnya masakan di perhentian bus ini tidak enak dan harganya sangat mahal,
jadi sebaiknya beli roti/snack saja dan tunda makan besar hingga sampai di
Pokhara.
Setibanya di Pokhara, kami naik taksi menuju hotel yang berada di Lakeside.
Lakeside Pokhara adalah pusat turis di kota ini, jadi saya akhirnya pun bisa
menukar uang, membeli sim card lokal, membeli kebutuhan trekking (kalau belum
lengkap), berbelanja suvenir dan mencari restoran yang enak. Malam itu saya dan
adik makan di Godfather Pizza, 1 pizza ukuran cukup besar potong 8 seharga 550
rupee saja untuk berdua. Kami juga sempat membeli pernak-pernik handmade Tibet
dan snowglobe Everest yang lucu.
Tips: Agar tidak bingung
dengan uang Nepalese Rupee, biasanya 1 USD = 100 NPR, ini bisa dijadikan
patokan saat menghitung harga-harga di sana.
Day 3 – Start Trekking Nayapul-Tikhedhunga
Kelar breakfast dan packing keperluan trekking ke dalam ransel dan duffel bag,
Ganesh guide kami melampirkan pas foto trekking permit saya dan adik. Trekking Permit
atau TIMS memiliki warna yang berbeda berdasarkan jenis perjalanannya: biru
bagi yang memakai jasa guide/tour operator dan merah bagi trekker mandiri. Kartu
trekking ini harus dibawa dan dicap oleh petugas checkpoint di sepanjang
Annapurna circuit untuk tujuan keselamatan.
Trekking Permit untuk menelusuri Annapurna Circuit. Ijin ini sudah diurus oleh tour operator kami sebelum kami berangkat ke Nayapul. |
Pukul 8 pagi kami berangkat naik taksi ke Nayapul, titik start orang-orang
yang hendak menjajaki Annapurna Circuit. Di sini terletak checkpoint pertama.
Anda bisa membeli keperluan trekking atau snack/minum, karena semakin tinggi
lokasinya akan semakin mahal makanan/minumannya. Bagian awal trek adalah
menelusuri jalur mobil, jadi masih sangat berdebu. Jangan lupa kenakan masker
atau bandana. Tanjakannya juga cukup curam, jadi siapkan trekking pole agar
tidak mudah lelah.
Check-point pertama di Nayapul |
Cuaca berubah dari terik menjadi mendung menjelang makan siang di salah
satu kedai pinggir jalan. Adik saya pernah membaca kalau menu-menu western di
Annapurna circuit sangat lezat, jadi kami pun memesan pasta (dan ternyata rumor
ini benar adanya! Sungguh waw rasanya!). Porsinya pun cukup besar, karena
hiking termasuk salah satu olahraga yang paling banyak membutuhkan kalori. Di sini
kami juga sempat menggunakan toilet dan membeli air mineral botolan dari pemilik
kedai.
Bergaya dulu di titik resmi start Annapurna Trek |
Yuk mulai bertualang! |
Jalan pedesaan di awal trek sangat berdebu, jadi sebaiknya kenakan masker/bandana |
Setelah makan siang gerimis mulai turun. Jalan
juga mulai berubah dari jalur mobil menjadi jalan setapak. Kami terus menanjak
hingga mencapai Tikhedhunga, tempat kami menginap malam itu, yaitu Manisha
Guesthouse. Kamar kami cukup hangat meskipun tembok dan lantainya dari partikel
tahan gempa (ini jadi salah satu bahan bangunan yang populer di Nepal sekarang).
Selimut yang kami dapat sangat tebal, jadi tidak perlu sleeping bag sama sekali
meskipun hujan badai di sore dan malam hari. Toiletnya shared, tapi bersih dan
sudah toilet duduk. Pemilik Guesthouse ini sangat ramah dan jago masak!
Malamnya kami makan pasta sambil menemani beliau nonton sinetron Bollywood di
TV jadul yang terkadang kesemutan karena sinyal yang jelek di pegunungan.
Sambil bersantai, kami juga belajar sedikit tentang kondisi ekonomi dan sosial
di Nepal, di mana orang-orang yang berpendidikan tinggi umumnya lebih memilih
untuk mencari peruntungan di luar negeri. Ini adalah salah satu dari berbagai faktor
kendala pembangunan di Nepal.
Desa Tikhedhunga tempat kami menginap di awal trek |
Tips: Di tempat kami menginap
ada colokan untuk charging, dan untungnya kami sempat charge ulang HP karena
malamnya badai hujan dan listrik mati. Jangan lupa untuk selalu charge
kamera/HP setiap ada kesempatan!
Day 4 – The Steps of
Ulleri
Inilah hari yang paling kami nanti-nanti, karena Guide sudah berkali-kali bilang
bahwa Hari kedua trek adalah hari yang paling melelahkan. Perjuangan mendaki ribuan
anak tangga sejauh 12 km dari Tikedhunga ke Ghorepani di tengah hujan deras adalah
pengalaman yang tak terlupakan buat saya dan adik. Kami mulai berjalan setelah
sarapan, yaitu pukul 8 pagi. Saat itu sudah banyak trekker dan porter lain yang
berangkat mendahului kami, beberapa di antaranya menuju Annapurna Base Camp
dengan barang bawaan yang luar biasa banyak. Bagian yang terberat adalah 3200
lebih anak tangga non-stop yang berada di dekat desa Ulleri, tempat kami
menikmati makan siang nasi goreng ayam khas pedesaan Nepal. Di anak tangga ini
menumpuk banyak sekali trekker dan porter, yang terpaksa harus berjalan lambat
agar tidak terlalu lelah. Untuk hari kedua ini kenakan baju dry fit yang ringan,
tapi siapkan juga jas hujan karena cuaca di pegunungan tidak bisa ditebak.
Persiapkan mental kalau harus menaiki ribuan anak tangga dalam setengah hari! |
Tangga lagi... tangga lagi.... |
Siang hari, kabut tebal menutupi seluruh lereng pegunungan dan mulai jam 2 hujan
pun turun. Untungnya hujan di sini tidak seperti di daerah tropis yang seperti
diguyur, jadi shell jacket juga cukup dapat melindungi saya dari gerimis. Jam 3
sore hujan mulai disertai angin dan kami serta banyak trekker lainnya pun berteduh
di kedai pinggir jalan. Mulai dari titik ini perjalanan kami terus dilanda air
hujan. Saat sedang sibuk mengambil video di tengah jalan menuju Ghorepani,
tiba-tiba kami mendengar bunyi seperti kipas angin yang sangat keras. Ternyata
ada helikopter yang berputar-putar di atas sedang mencari tempat mendarat untuk
mengevakuasi seorang trekker. Ini bukan hal yang tidak biasa di Annapurna
Circuit trek. Jika cidera atau sakit parah dan harus segera dievakuasi, trekker
terpaksa memanggil helikopter SAR dari Nayapul base.
Adik dan Guide berjalan menelusuri hutan di tengah hujan |
Target sampai di Ghorepani jam 4 sore, apa daya hujan deras membuat kami
harus lebih pelan dan berhati-hati, sehingga baru sampai di checkpoint Lower
Ghorepani jam 5 sore. Dari sini kami berjalan naik ke Upper Ghorepani di mana
kami bermalam.
Penginapan di Ghorepani sudah kelas hotel bintang dua, dengan kamar mandi
dalam dan pipa pemanas yang tersambung ke tungku besi besar di main hall,
tempat para trekker berkumpul untuk berbincang-bincang, menghangatkan diri dan
makan. Malam itu saya makan sup telur dan keju yang hangat serta apple pie
(yum!). Guide mengatakan bahwa ada kemungkinan kami harus menginap dua malam di
Ghorepani jika cuaca terlalu mendung dan pemandangan di Poon Hill tertutup
awan. Malamnya listrik juga sempat mati. Untungnya saya sempat charge HP, tapi
karena semua orang tidur lebih pagi dan tidak ada yang membakar kayu tungku di
atas jam 10, terpaksa kami memakai sleeping bag dan tidur di bawah tumpukan dua
lapis selimut tebal.
Day 5 - Poon Hill and Return to Pokhara
Jam 4 pagi kami bangun dan bersiap-siap mengenakan
baju kami yang paling tebal serta headlamp (minimal 200 lumens ya, karena trek
naik ke Poon Hill sangat gelap dan tidak ada lampu jalan sama sekali).
Dinginnya juga minta ampun sebelum matahari terbit. Karena sudah terlanjur
lelah, kami tidak terburu-buru mengejar matahari terbit (toh pagi itu mendung
dan tidak ada sunrise). Yang sudah susah payah menggotong-gotong perlengkapan
fotografi untuk menangkap the Golden Hours Poon Hill jelas kecewa, tapi saya
dan adik justru mengincar pemandangan di jam 7-8 saat matahari sudah agak
tinggi sehingga lereng bersalju Annapurna Massif dan Dhaulagiri terlihat dengan
jelas, seperti dalam foto-foto saya ini. Dan benar saja, awan gelap mulai
menyingkir sehingga kami disuguhi pemandangan 360 derajat pegunungan Himalaya
yang indahnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata! Terbayarlah perjuangan
kami mendaki selama 2 hari sebelumnya.
Akhirnyaaa sampai juga di puncak! |
Puncak Dhaulagiri, gunung tertinggi ketujuh di dunia |
Lihat cahaya yang mengintip dari balik pegunungan Himalaya, indah sekali bukan? |
Setelah puas mengambil ratusan foto di Poon Hill
(jangan lupa naiki watchtowernya supaya background pegunungannya lebih jelas!),
kami kembali menuruni bukit ke Ghorepani dan berkemas-kemas untuk menuruni
gunung. Rencana awalnya adalah melingkari Annapurna Short Circuit ke arah Ghandruk,
tapi berhubung saya dan adik sudah mulai kelelahan dan adik saya terutama mulai
menunjukkan tanda-tanda cidera lutut, kami memutuskan untuk berputar arah kembali
ke Ulleri dan menyewa jip langsung ke Nayapul. Kami mencapai tempat jip
diparkir pukul 2 siang, persis saat adik saya sudah mulai sempoyongan karena lututnya
cidera dan sempat terjatuh di anak tangga yang licin. Jadilah kami menghemat
tenaga dan waktu bermalam di pegunungan dengan membayar 7000 rupee tambahan
(sekitar 900rb) untuk jip. Sore itu juga kami kembali ke Pokhara naik taksi
yang ditumpangi oleh 4 trekker lainnya yang ketinggalan bus sore ke Pokhara.
Malam itu kami mencicipi makanan di cafe dekat hotel yang, meskipun masaknya
lama sekali sampai 1 jam, ternyata enak. Jam 10 adalah jam tutup toko-toko di
Nepal, kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat.
Pemandangan pohon-pohon rhododendron yang mekar di bulan Maret-April |
Sepanjang perjalanan saya mengambil video yang berisi pemandangan jalur trekking Poon Hill. silakan cek Youtube link berikut: Poon Hill - Annapurna Circuit Trek HD
Day 6 – Pokhara Lakeside dan Bus ke Kathmandu
Di hari keenam seharusnya kami masih di
Ghandruk, tapi pagi itu kami sudah bersiap-siap meninggalkan Pokhara untuk
kembali ke Kathmandu. Jam 6 pagi kami menyempatkan diri berfoto-foto di Pokhara
Lakeside yang terkenal, dengan deretan perahu kayu dan pemandangan kuil di
tengah-tengah danau. Waktu ini adalah waktu yang terbaik untuk mengunjungi
Pokhara Lakeside, karena semakin siang semakin banyak wisatawan lokal yang
datang (mirip Lembang di Indonesia, kali ya?).
Pokhara Lakeside |
Daftar sewa kapal di Pokhara |
Untuk segala jenis perjalanan darat di
Nepal, perhitungkan waktu tambahan karena faktor kondisi jalan, cuaca, keadaan
kahar, dll. Perjalanan bus Pokhara-Kathmandu yang seharusnya hanya 6-7 jam jadi
11 jam karena ada kecelakaan truk. Malamnya kami sudah terlalu lelah untuk
mencari restoran, jadi pas melihat ada Sandwich Point di dekat hotel kami
langsung membeli burger dan sandwich untuk dimakan di kamar hotel.
Meskipun wilayah Thamel sangat ramai dengan
turis, malam hari sebenarnya bukanlah waktu terbaik untuk berbelanja atau sekedar
nongkrong-nongkrong cantik, karena tidak terlalu aman. Di wilayah ini banyak
copet, pengemis atau orang yang menawarkan ganja kepada turis-turis asing. Kaum
wanita juga sebaiknya tidak berjalan-jalan terlalu malam, apalagi sendirian.
Day 7 – Kathmandu Valley Sightseeing
Hari ketujuh kami habiskan untuk melihat
seperti apa kota Kathmandu dan kehidupan para penduduknya. Jam 9 kami dijemput
oleh Ganesh untuk berkeliling Kathmandu dengan taksi sewaan dan mengunjungi
atraksi-atraksi budaya di Kathmandu Valley, yaitu Monkey Temple Swayambhunath
yang sering menghiasi poster-poster travel Nepal dengan air mancur “enteng
jodoh”-nya (kalau berhasil melempar koin ke dalam kendi di tengah-tengah air
mancur, katanya bakalan enteng jodoh!), Durbar Square tempat syuting film Dr.
Strange sekaligus bekas istana keluarga kerajaan Nepal di masa lampau serta Garden
of Dreams yang bernuansa Eropa dan sempurna sebagai pelarian dari panas dan
berdebunya jalanan Kathmandu. Karena hari ini jatuh pada hari Sabtu yang
merupakan hari libur kerja di Nepal, suasana di tempat-tempat atraksi ini
sangat ramai. Sekadar info, taksi di Kathmandu mahal bagi turis asing dan tidak ada argonya, jadi jangan kaget kalau Anda ditagih hingga 3000 rupee untuk berwisata di Kathmandu Valley.
Stupa Monkey Temple yang terkenal |
Berada di Durbar Square seperti naik mesin waktu untuk mengunjungi Nepal 300 tahun yang lalu |
Pemandangan kota Kathmandu dari puncak Monkey Temple Swayambhunath |
Memang dasarnya orang kota ya, pingin main ke mall.
Ganesh mengajak kami untuk mengunjungi salah satu mall paling modern di
Kathmandu yang ternyata.... kecil dan ala kadarnya. Tidak ada brand-brand
mewah, tidak ada department store besar seperti SOGO, tidak ada restoran mahal,
hanya food court dengan sistem kartu, meskipun makanannya enak (jangan lupa
coba Pani Puri ya di Kathmandu! Enak loh). Selesai makan siang di mall, kami
berjalan kaki menelusuri trotoar jalanan kota Kathmandu sambil
berbincang-bincang tentang politik di Nepal dengan Ganesh. Pasca keruntuhan
monarki di tahun 2008 (silakan baca tentang perebutan tahta dan pembunuhan
massal keluarga kerajaan Nepal jika Anda tertarik dengan topik-topik ini,
seperti saya), kancah perpolitikan di Nepal dikuasai oleh partai Maoist (ya,
komunis) yang anti-monarki. Tapi sayangnya situasinya tidak stabil dan terlalu
banyak partai politik yang bermunculan, sehingga pembangunan negaranya
terhambat, apalagi setelah dilanda bencana gempa bumi besar di tahun 2015. Namun,
guide kami berkata bahwa Nepal akan segera membuka perbatasan ke Cina, dan ini
diharapkan akan mengurangi ketergantungan Nepal akan India yang merupakan sumber
utama produk-produk konsumsi Nepal.
Pani Puri |
Malamnya kami diundang oleh pemilik tour operator
untuk menyantap makan malam di restoran khas Nepal bersama dengan grup trekker asal
Prancis yang baru akan memulai perjalanan mereka ke Poon Hill esok harinya. Kami juga melakukan serah terima sertifikat trekking Poon Hill Annapurna Circuit (Horeee!). Di
restoran ini kami menyantap menu lengkap Dal Bhat dan berbincang-bincang sambil
menikmati pertunjukan tarian tradisional Nepal. Senang sekali rasanya bisa
melatih lagi bahasa Prancis lisan saya yang sudah mulai karatan!
Dinner bersama trekker-trekker asal Prancis yang akan menempuh Poon Hill. Bonne chance, you guys! |
Tips: Kathmandu lebih dingin dari Pokhara, jadi
pastikan Anda menyiapkan pakaian hangat jika harus berjalan keluar di
sore/malam hari.
Day 8 – Wisata Kuliner Kathmandu dan Perjalanan Pulang ke
Jakarta
Hari terakhir di Kathmandu kami habiskan
untuk berjalan-jalan santai di sekitar Thamel sambil membeli barang-barang
suvenir dan mencicipi kuliner khas Tibet dan Nepal. Akhirnyaaa, wisata kuliner
juga! Kami makan siang di Yak Restaurant, salah satu resto paling terkenal di
Thamel dengan masakan khas Tibet. Adik pesan Chow Mein, saya pesan Momo (pangsit
isi daging yang bentuknya sangat mirip dengan Gyoza) dan Thentuk (mie cubit
kuah). Ternyata meskipun lebih nyaman dari restoran pada umumnya di Thamel,
harga menu di Yak Restaurant tidak terlalu mahal. Satu pot kecil teh hanya
dihargai 13ribu rupiah. Menu-menu makanannya berkisar antar 40-60rb rupiah per
porsi, dan porsinya sangat banyak untuk saya!
Momo alias pangsit kukus isi daging. Jangan dimakan dengan tangan kalau tidak mau diketawai orang-orang lokal yah hehe (ini tips dari guide kami) |
Thentuk (mie cubit dengan kuah khas Tibet) |
Sore hari sebelum dijemput oleh taksi ke
bandara, saya dan adik nongkrong-nongkrong cantik di La Bella Cafe yang
menyuguhkan menu Ostrich Pie (pie daging burung unta berlapis kentang tumbuk) dan
Yak Cheese Platter dengan buah zaitun. Meskipun harganya agak mahal dan proses
pembuatannya agak lama, rasanya sangat enak!
Pie Daging Burung Unta |
Yak Cheese Platter, keju yang terbuat dari susu Yak Nepal! |
Jam 7 malam kami dijemput oleh guide kami
untuk diantar ke bandara, yang berjarak 20 menit dari Thamel. Saya pun
mengucapkan terima kasih kepada guide yang sudah setia menemani kami selama di
Nepal dan melakukan check-in tiket pulang ke Jakarta. Bye-bye, Himalayan Nepal! Jika tidak ada aral melintang saya akan kembali untuk menempuh jalur ke Everest Base Camp.
Tips: Sebaiknya trekking pole dicheck-in ke bagasi karena tidak lolos pemeriksaan security imigrasi Nepal.
Rincian Perjalanan:
Total Trip: 8 hari 7 malam
Jenis Trip: Outdoor Adventure (tidak terlalu cocok untuk manula dan anak-anak) & Cultural Tourism
Makanan yang harus dicoba: Dal Bhat, Momo, Pani Puri, Masakan daging burung unta
Suvenir: Wol Kasmir, Teh Darjeeling, Madu Himalaya, produk-produk Himalaya Herbals
Mencari Situs Judi Taruhan Ayam Terpercaya?
BalasHapusTenang saja, kini Agen BOLAVITA menyediakan Judi Taruhan Ayam yang sangat lengkap yang bisa Anda coba daftar dan mainkan.
Daftar sekarang untuk dapatkan bonus new member 10% dan bonus setiap harinya 5%.
Minimal Deposit dan Withdraw adalah 50.000.
Permainan ini bisa dimainkan dimana dan kapanpun juga, baik di pc/laptop atau Handphone.
Daftar sekarang juga di www.bolavita.ltd !!!!
Baca juga =
1. Cara Membuat Akun dan Bermain di Situs S128
2. Promo Promo BOLAVITA
Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
BBM : BOLAVITA / D8C363CA
Whatsapp : +62812-2222-995
Livechat 24 Jam
Saya suka artikel kamu gan.. Banyak manfaatnya.. Seperti artikel saya yang berjudul https://peduliayam.com/2019/06/10/jenis-ayam-bangkok-aduan-yang-populer-di-indonesia/
BalasHapusAyam Aduan Makan Petai? Apa Manfaatnya Petai Untuk Ayam Aduan hal ini jarang sekali diketahui oleh parah Botoh.
BalasHapusArtikel Selengkapnya Baca Disini.
https://tajenonline.net/ayam-aduan-makan-petai-apa-manfaatnya/